Sejarah
Pada tahun 2015 warga RT 23, RW 07, Kelurahan Sekardangan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Sidoarjo yang berada di kawasan Perumahan Pesona Sekar Gading, seperti kebanyakan di perumahan lain.
Sebagaimana karakteristik Perumahan kebanyakan, warga cenderung individualis, dengan jumlah penduduk relatif banyak dengan didominasi usia produktif. Mayoritas warga merupakan pendatang dengan berbagai latar belakang budaya, pendidikan yang berbeda, demikian juga dalam hal pekerjaan dan profesi juga berbeda.
Wilayah RT 23 tersebut juga memiliki tempat dan ruang terbuka yang terbatas mengingat lahan yang tersedia terbatas dan dimanfaatkan untuk bangunan, sehingga hamper semua tanah tertutup oleh beton dan paving dan dari tahun ke tahun volume sampah yang dihasilkan warga semakin meningkat.
Pada awal tahun 2016 diinisiasi oleh Edi Priyanto, Ketua Pengurus RT 23, RW 07, Kelurahan Sekardangan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Sidoarjo Periode 2016-2018, membuat komitmen bersama dengan seluruh warga, dengan berhasil merumuskan Visi, Misi dan Motto untuk dapat diwujudkan 3 (tiga) tahun kedepan.
Visi RT 23, RW 07, Kelurahan Sekardangan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Sidoarjo disepakati yaitu “menjadikan lingkungan yang tenteram, bersih, sehat, indah, aman, nyaman, harmonis dan sejahtera”. Sedangkan Misi yang akan dilakukan adalah “Mempererat kebersamaan warga dan meningkatkan kepedulian sosial terhadap lingkungan”. Adapun mottonya ada 3 (tiga) yaitu “Berubah, Peduli dan Berbagi”, yang dapat dijelaskan bahwa “Berubah” untuk sesuatu yang lebih baik, “Peduli” kepada sesama warga dan lingkungan, dan “Berbagi” sesuatu (pikiran, tenaga, materi) untuk mewujudkan lingkungan yang tenteram, bersih, sehat, indah, aman, nyaman, harmonis dan sejahtera.
Sejak tahun 2016 dibuat program kerja tahunan yang dibuat secara bertahap dan mempertimbangkan skala prioritas. Program kerja di prioritaskan dengan melakukan penataan dan pengaturan serta penyediaan tempat sampah, memperbanyak penghijauan, pembuatan taman serta membersihkan lokasi-lokasi yang dipandang tidak nyaman. Selain itu juga dilakukan kegiatan kerja bakti warga yang dilakukan secara kontinyu setiap bulannya. Penerangan jalan juga menjadi program prioritas dengan membuat saluran listrik khusus PJU tersendiri dengan telah menggunakan lampu hemat energy (LED). Guna menjamin keamanan warga juga dilakukan program pemasangan kamera pemantau CCTV dan jaringannya yang mampu diakses oleh seluruh warga.
Sejak saat itu, warga RT.23 mencoba menerapkan pengurangan sampah, hingga mampu menekan produksi sampah rumah tangga dari yang semula 2 kg per hari per orang menjadi 0,25 kg per hari per orang, dan hingga saat ini terus diupayakan bisa mendekati nol sampah.
Warga menjadi terbiasa untuk mengelola sampah menjadi tiga bagian. Tiap bagian ditempatkan pada tempat yang berbeda. Tiap tempat diberi warna sebagai identitas, seperti tempat sampah hijau berarti untuk sampah organik, kuning untuk sampah non organik dan merah untuk sampah bahan berbahaya beracun (B3).
Sampah organik dikelola menjadi pupuk kompos. Alat untuk mengelola bisa menggunakan salah satu dari dua alat, yaitu Tong Takakura dan Tong Aerob. Tong Takakura terbuat tong biasa, ember bekas cat, atau timba plastik tak terpakai yang diberi lubang. Sedangkan tong aerob digunakan untuk mengelola sampah organik basah dalam jumlah besar. Setidaknya telah terdapat sepuluh unit tong aerob yang ditaruh di setiap gang.
Setiap tong sampah bisa menghasilkan 20 kg kompos untuk tong Takakura dan 40 kg untuk Aerob. Selain dimanfaatkan sendiri oleh warga, pupuk ini dijual seharga Rp 5.000 per bungkus berisi 2,5 kg kompos. Warga RT 23 juga memproduksi pupuk cair. Pupuk jenis ini berasal dari sisa-sisa ikan, buah, daging yang kemudian diblender dan dicampur tetes tebu. Kompos cair dijual seharga Rp 30 ribu per botol ukuran 600 ml.
Guna memfasilitasi komersialisasi sampah kering warga, Pengurus RT.23 RW.07 Kelurahan Sekardangan membentuk Bank Sampah “telulikur” dengan menetapkan Pengurus Bank Sampah untuk mengelola administrasi, keuangan hingga operasionalisasinya dengan dipimpin oleh Direktur. Sehingga setiap warga menjual sampah keringnya ke bank sampah dan sisanya dimanfaatkan untuk kerajinan asesoris dan buah tangan, semisal baju, piring, topi, rompi, pot dan aneka produk lainnya.
Jelang peringatan Kemerdekaan ke-72 Republik Indonesia tahun 2017, Pengurus RT 23 Kelurahan Sekardangan, Sidoarjo, selanjutnya menginisiasi pembuatan arena dan sarana permainan tradisional bagi anak-anak di lingkungannya. Meski tidak memiliki lahan khusus, namun para warga tidak kehabisan akal. Arena permainan tradisional tersebut dibuat di jalan blok paving yang berada di sekitar rumah warga. Beberapa permainan tradisional itu adalah gobak sodor, boi-boinan, berbagai jenis engklek (engklek kitiran, engklek pesawat, engklek rok, engklek gunung), permainan ular tangga, lapangan mini bulutangkis dan mini sepakbola.
Pembuatan permainan tradisional tersebut dilatarbelakangi karena prihatin atas maraknya penggunaan gadget secara berlebihan pada anak-anak. Tak hanya membiasakan aktifitas fisik bagi anak namun juga sebagai sarana edukasi terhadap filosofi permainan tradisional tempo dulu yang belum tentu dikenal oleh masyarakat secara luas saat ini.
Pada medio tahun 2017, Kecamatan Sidoarjo memberikan predikat juara 1 untuk lomba kebersihan dan kesemarakan lingkungan, mengalahkan kelurahan dan desa se kecamatan Sidoarjo Kota. Karena keberhasilan meraih juara pertama, maka RT.23 RW,07 Kelurahan Sekardangan ditunjuk mewakili Kecamatan Sidoarjo untuk ikut berkompetisi mengikuti Lomba Sidoarjo Bersih dan Hijah (SBH) Zero Waste tahun 2017/2018.
Hasilnya, H. Saiful Ilah, Bupati Sidoarjo, menobatkan RT.23 RW.07 Kelurahan Sekardangan, Kecamatan Sidoarjo sebagai Kampung yang terinovasi di Kabupaten Sidoarjo. Penghargaan tersebut disampaikan pada saat malam penganugerahan Sidoarjo Bersih dan Hijau (SBH) Zero Waste Academy 2017-2018 kepada Edi Priyanto, Ketua RT.23 RW 07 Kelurahan Sekardangan, di Alun-alun Sidoarjo. Kompetisi Zero Waste yang diselenggarakan oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kabupaten Sidoarjo ini bertujuan agar merubah mindset masyarakat Sidoarjo dalam hal pengelolaan sampah yang baik dan benar.
Beranjak dari prestasi demi prestasi yang telah dicapai, selanjutnya Edi Priyanto, Ketua RT. 23 RW.07 Kelurahan Sekardangan, Sidoarjo, Jawa Timur menginisiasi untuk merintis wilayahnya menjadi “kampung edukasi sampah” dengan tujuan awal agar bisa memberikan edukasi kepada generasi muda memiliki kepedulian terhadap penanganan sampah.
Tak lama kemudian Kampung Edukasi Sampah tersebut menjadi jujugan wisata anak untuk belajar pengelolaan dan pemilahan sampah yang benar. Kampung Edukasi Sampah tersebut saat ini dijadikan role model dalam pengelolaan sampah di Sidoarjo, bahkan tak jarang dikunjungi berbagai kalangan mulai anak-anak sekolah hingga pengurus RT/RW/Kelurahan serta lembaga dan organisasi untuk mengetahui secara langsung cara pengolahan sampah di kampung tersebut.
Saat ini tak hanya menjadi tempat edukasi pengelolaan sampah secara mandiri bagi masyarakat, namun juga dimanfaatkan untuk edukasi pembudidayaan tanaman menggunakan media Hidroponik, juga pemanfaatan tanaman obat-obatan keluarga (Toga) dan ketrampilan Akupresur. Kampung Edukasi Sampah saat ini juga dijadikan sebagai Pilot Project dalam program Kampung Bebas dari Narkoba oleh Polresta Sidoarjo. Disamping itu juga saat ini menjadi percontohan dalam Sistem Keamanan Lingkungan karena telah mampu menerapkan pemantauan keamanan di lingkungan warga menggunakan aplikasi berbasis teknologi informasi dengan nama Sistem Keamanan Warga (Sikara)