banner 728x90

Sidoarjo, 27 Juni 2025 — Sebanyak 15 siswa-siswi dari SMK Antartika 2 Sidoarjo menunjukkan aksi nyata kepedulian terhadap lingkungan melalui program bertajuk “SMK Antartika Peduli Desa” yang berlangsung di Kampung Edukasi Sampah (KES), RT.23 RW.07 Kelurahan Sekardangan, Kecamatan Sidoarjo. Kegiatan ini digelar selama empat hari berturut-turut, mulai Senin hingga Kamis, 23–26 Juni 2025.

Program ini merupakan bagian dari pengabdian dan pembelajaran berbasis masyarakat, yang dirancang untuk menumbuhkan kesadaran lingkungan di kalangan generasi muda sekaligus memperluas pemahaman mereka terhadap prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle) dan program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).

Selama empat hari pelaksanaan, para siswa terlibat aktif dalam berbagai aktivitas edukatif yang bersentuhan langsung dengan kehidupan masyarakat. Mereka turut serta dalam proses verifikasi lapangan STBM sebagai bagian dari upaya memperkuat kapasitas warga dalam mewujudkan lingkungan yang sehat dan berkelanjutan. Tak hanya itu, para siswa juga menyelami lebih dalam proses transformasi Kampung Edukasi Sampah, yang selama ini dikenal sebagai inisiator perubahan berbasis partisipasi warga dalam pengelolaan limbah rumah tangga.

Di lapangan, siswa-siswi belajar memilah dan mengolah sampah secara langsung, serta mempraktikkan kreativitas dengan mendaur ulang sampah plastik menjadi aneka pot bunga. Kreasi mereka beragam mulai dari pot bunga dari galon bekas, pot gantung dari botol plastik, hingga pot berbentuk kucing yang menarik perhatian.

Tak berhenti sampai di sana, mereka juga mempelajari proses pembuatan pupuk organik, baik dalam bentuk cair seperti POC dan eco-enzyme, maupun pupuk padat menggunakan metode komposter takakura. Semua hasil olahan tersebut kemudian diaplikasikan langsung ke media tanam di lingkungan sekitar, sebagai bentuk aksi nyata menjaga kesuburan tanah dan mendukung ketahanan pangan keluarga.

Menurut Retno Mulyo, kader lingkungan Kampung Edukasi Sampah yang juga merupakan narasumber, kegiatan ini sangat bermakna karena mampu mempertemukan siswa dengan realitas lingkungan yang sesungguhnya.

“Anak-anak belajar langsung dari warga. Ini bukan hanya tentang sampah, tapi tentang kesadaran, kemandirian, dan kontribusi nyata di masyarakat,” ujarnya.



Esther, kader lingkungan lain jura turut menyampaikan apresiasinya atas semangat belajar para siswa.

“Mereka antusias dan cepat tanggap. Ini jadi momen belajar dua arah—kami mengajarkan, tapi juga ikut belajar dari cara berpikir anak muda yang kreatif dan terbuka,” tuturnya.



Sementara itu Puput, kader lingkungan sekaligus fasilitator kegiatan, menekankan pentingnya kolaborasi lintas generasi.

“Kami sangat terbuka untuk kolaborasi seperti ini. Anak muda punya energi dan kreativitas, tinggal diberi ruang dan arahan. Ini bagian dari investasi sosial jangka panjang,” jelasnya.

Narasumbr lain Luthfiyati, yang juga kader lingkungan, mengapresiasi kehadiran siswa-siswi SMK sebagai bentuk partisipasi aktif generasi muda dalam menjaga keberlanjutan lingkungan.

“Kami bahagia ada generasi muda yang mau turun langsung. Harapan kami, mereka bisa jadi duta lingkungan di tempat tinggal mereka masing-masing,” katanya.



Yuyun, kader lingkungan dan narasumber kegiatan, menilai bahwa kegiatan ini memberi semangat baru bagi komunitas lokal.

“Adik-adik ini datang dengan semangat, membantu kami, belajar dari kami, dan bahkan menginspirasi kami untuk terus bergerak. Ini pengingat bahwa perubahan bisa dimulai dari siapa saja, kapan saja,” tuturnya penuh semangat.

Sedangkan narasumber lain Beny, yang juga kader lingkungan mengungkapkan rasa bangganya melihat semangat para siswa.

“Luar biasa melihat anak-anak SMK begitu cepat beradaptasi dan bahkan menciptakan kreasi unik dari sampah plastik. Ini membuktikan bahwa edukasi lingkungan bisa dikemas menyenangkan dan penuh inovasi. Semoga semangat ini mereka bawa pulang dan tularkan di lingkungan sekolah maupun rumah mereka,” ucap Beny.



Kesan positif juga datang dari para siswa peserta. Jovita menyampaikan bahwa pengalaman ini sangat berkesan dan membuatnya lebih peka terhadap lingkungan.

“Seru banget! Biasanya cuma belajar di kelas, sekarang bisa praktik langsung. Ternyata bikin pupuk sendiri itu nggak sesulit yang dibayangkan. Saya jadi ingin menerapkannya di rumah,” ujarnya.

Kaka, peserta lainnya, mengaku terkesan dengan suasana Kampung Edukasi Sampah yang ramah dan penuh semangat kolaboratif.

“Di sini kami disambut hangat, diajari dengan sabar. Nggak cuma belajar tentang sampah, tapi juga belajar tentang hidup sederhana, kompak, dan saling bantu. Rasanya kayak keluarga,” katanya dengan senyum.
Kaka menambahkan.

“Banyak hal yang sebelumnya nggak saya tahu. Dari cara kerja eco-enzyme, bikin kompos, sampai bagaimana masyarakat bisa kompak menjaga lingkungannya. Ini pengalaman yang nggak akan saya lupakan,” tuturnya.
Apresiasi juga disampaikan oleh Ketua RT.23, Andi Hariyadi, yang menyambut baik kehadiran para siswa di wilayahnya.

“Kami sangat bangga karena lingkungan kecil kami dipercaya menjadi tempat belajar. Kehadiran siswa-siswi SMK Antartika 2 menambah semangat warga untuk terus menjaga konsistensi dalam pemilahan dan pengolahan sampah. Ini juga membuktikan bahwa kampung kami bukan hanya tempat tinggal, tapi ruang edukasi yang hidup dan bermanfaat bagi siapa saja,” tegasnya.



Kampung Edukasi Sampah kini dikenal sebagai lokus pembelajaran Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dan telah menjadi role model nasional dalam praktik pemilahan dan pengolahan sampah. Setiap tahunnya, kampung ini menerima kunjungan dari rata-rata lebih dari 3.500 orang, mulai dari pelajar, akademisi, pemerhati lingkungan, hingga instansi pemerintah yang ingin belajar langsung dari praktik terbaik yang dijalankan warga.

Dengan semangat belajar dari realita lapangan, siswa-siswi SMK Antartika 2 membuktikan bahwa perubahan bisa dimulai dari langkah kecil melalui aksi nyata, semangat belajar, dan keberanian untuk terlibat langsung, bukan hanya menjadi penonton dari kejauhan.

banner 300x250

Berita Terkait