banner 728x90

Sidoarjo – Pemandangan tak biasa terlihat di sudut Kampung Edukasi Sampah RT.23 RW.07 Kelurahan Sekardangan, Sidoarjo. Sejak pagi, warga silih berganti datang membawa tumpukan kardus bekas, botol plastik, galon minyak jelantah, hingga karung berisi sampah nonorganik lainnya. Semuanya ditata dan ditimbang dengan rapi di depan Bank Sampah Telilikur, sebelum akhirnya diangkut oleh truk pengepul untuk dijual dan didaur ulang.

 

Kegiatan ini bukan sekadar transaksi biasa. Di baliknya, tersimpan semangat gotong royong, kepedulian lingkungan, dan komitmen warga untuk berkontribusi nyata pada keberlanjutan bumi. Bank Sampah Telilikur menjadi wadah edukatif sekaligus produktif yang mampu mengubah “sampah” menjadi “berkah” baik secara ekonomi maupun ekologis.

“Satu karung sampah yang dipilah dari rumah bisa menyelamatkan lingkungan dari pencemaran dan pada saat yang sama menambah pemasukan warga. Inilah bentuk ekonomi sirkular yang nyata,” ujar Edi Priyanto, pegiat lingkungan sekaligus inisiator Kampung Edukasi Sampah yang menaungi Bank Sampah Telilikur.

 

Dalam kegiatan rutin penjualan kali ini, ratusan kilogram sampah anorganik berhasil dikumpulkan dan dijual. Selain kardus dan plastik, warga juga mengumpulkan minyak jelantah yang nantinya akan diolah menjadi produk baru yang lebih ramah lingkungan, seperti biodiesel dan sabun cair. Tak hanya itu, kegiatan ini juga menjadi ruang berkumpul dan berbagi antarwarga. Sambil menunggu giliran menimbang, mereka saling bertukar cerita, belajar memilah sampah, hingga merancang kegiatan edukasi lanjutan bagi anak-anak dan remaja.

 

Langkah yang dilakukan warga Telilikur ini sejalan dengan upaya global dalam mendukung Sustainable Development Goals (SDGs) yang dicanangkan Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Setidaknya empat tujuan SDGs yang secara langsung tercermin dalam kegiatan ini, yaitu :

1. SDG 11 – Kota dan Permukiman yang Berkelanjutan Warga menciptakan lingkungan yang bersih, rapi, dan bebas sampah melalui sistem pemilahan dan pengelolaan mandiri.

2. SDG 12 – Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab Kesadaran memilah, mengolah, dan mendaur ulang sampah dari rumah mendorong pola konsumsi yang lebih bijak.

3. SDG 13 – Penanganan Perubahan Iklim Dengan mengurangi sampah yang dibuang ke TPA, warga berkontribusi menurunkan emisi gas rumah kaca.

4. SDG 17 – Kemitraan untuk Mencapai Tujuan Sinergi antara warga, kader lingkungan, pengepul, dan pemerintah kelurahan memperkuat kolaborasi akar rumput untuk mencapai target global.

 

Bank Sampah Telilikur tidak hanya fokus pada pengumpulan dan penjualan. Lebih dari itu, mereka juga aktif mengedukasi masyarakat, terutama anak-anak sekolah, tentang pentingnya memilah sampah sejak dini.

Workshop daur ulang, pelatihan pembuatan kerajinan dari sampah, hingga kelas jelantah menjadi bagian dari kegiatan yang rutin digelar. Ke depan, Bank Sampah Telilikur berencana memperluas jaringan dan berbagi praktik baik ini ke kampung-kampung sekitar.

 

Dengan prinsip “mudah, murah, manfaat”, mereka ingin membuktikan bahwa aksi nyata dalam menjaga bumi bisa dimulai dari tingkat RT. “Kuncinya ada pada perubahan pola pikir. Selama ini orang membuang sampah tanpa berpikir panjang. Di sini, kami ajak warga untuk menabung sampah, mengelola secara mandiri, dan menjadikannya bagian dari kehidupan sehari-hari,” tambah Puput, salah satu pengurus Bank Sampah Telilikur.

Dengan semangat kolektif dan pendekatan partisipatif, Bank Sampah Telilikur hadir sebagai contoh bahwa warga bisa menjadi agen perubahan, bahkan dari level paling dasar. Karena menjaga bumi bukan hanya tanggung jawab negara atau korporasi besar tapi dimulai dari rumah kita sendiri.

 

banner 300x250

Berita Terkait