Wahana Visi Indonesia Kunjungi Kampung Edukasi Sampah Sidoarjo
Berbagi Praktik Baik Perubahan Perilaku dan Gerakan Lingkungan Berkelanjutan

Sidoarjo - Sebuah momentum inspiratif tercipta di Kampung Edukasi Sampah (KES), RT 23 RW 07 Kelurahan Sekardangan, Sidoarjo, saat rombongan dari Wahana Visi Indonesia (WVI) hadir untuk melakukan kunjungan lapangan dan diskusi kolaboratif pada hari Minggu, 20 Juli 2025.
Kunjungan ini bertujuan untuk menggali praktik baik dalam strategi perubahan perilaku masyarakat, edukasi lingkungan berbasis komunitas, dan pengelolaan sampah berkelanjutan yang telah dikembangkan oleh warga Kampung Edukasi Sampah.
WVI adalah organisasi kemanusiaan yang berfokus pada kesejahteraan anak dan pemberdayaan komunitas, bagian dari jaringan global World Vision International yang hadir di lebih dari 100 negara. Di Indonesia, WVI aktif dalam berbagai program pengembangan masyarakat, termasuk dalam bidang kesehatan, pendidikan, perlindungan anak, dan penguatan kapasitas komunitas akar rumput.
Kampung Edukasi Sampah menjadi ruang belajar terbuka yang menggabungkan unsur edukasi, pemberdayaan ekonomi, dan budaya gotong royong dalam pengelolaan sampah. Dalam kunjungan tersebut, tim WVI melihat langsung praktik pemilahan sampah dari rumah, manajemen bank sampah yang dikelola warga, serta keterlibatan anak-anak dan pemuda sebagai agen perubahan.
Diskusi hangat terjadi antara pegiat lingkungan dan tim WVI, membahas bagaimana perubahan perilaku bisa dimulai dari hal kecil namun dilakukan secara konsisten dan melibatkan seluruh elemen masyarakat.
“Kami sangat terinspirasi dengan apa yang dilakukan Kampung Edukasi Sampah,” ungkap Mita Sirait, salah satu perwakilan dari Wahana Visi Indonesia. “Budaya peduli lingkungan yang dibangun di sini terasa hidup dan tumbuh dari kesadaran warga sendiri. Ini adalah contoh nyata transformasi sosial dari bawah yang berdampak luas.”
Dalam sesi diskusi, Edi Priyanto, inisiator dan pegiat lingkungan Kampung Edukasi Sampah, memaparkan latar belakang dibentuknya kampung ini. Ia menyampaikan bahwa inisiasi KES lahir dari keresahan terhadap kondisi lingkungan yang kian tercemar dan masyarakat yang kian apatis.
“Awalnya, masalah yang kami hadapi sama dengan banyak tempat lain,” ujar Edi. “Lingkungan yang kurang terperhatikan, kebiasaan acuh tak acuh pada tetangga maupun kondisi lingkungan, dan yang lebih mengkhawatirkan adalah warga semakin individualis dan egois. Sikap kapitalistik membuat banyak orang hanya peduli pada dirinya sendiri, kehilangan kepedulian terhadap lingkungan dan sesama.”
Edi menyadari bahwa perubahan tidak bisa dilakukan secara instan ataupun instruktif. Maka ia memulai pendekatan pelan tapi pasti sejak tahun 2017 dengan pendekatan edukasi dari hati ke hati untuk mencapai kebaikan bersama-sama untuk keluarga, dengan membangun kepercayaan warga, menciptakan ruang bersama untuk beraktivitas, hingga membentuk sistem bank sampah dan kegiatan lingkungan lainnya yang dikelola oleh warga sendiri.
“Kuncinya adalah gotong royong, keteladanan, dan keberanian untuk memulai,” lanjut Edi. “Dari lingkup RT kampung yang selama ini dianggap tidak penting, kita bisa menunjukkan bahwa perubahan itu mungkin asalkan dilakukan bersama-sama.”
Perubahan yang terjadi di Kampung Edukasi Sampah tidak lepas dari peran para kader lingkungan yang terus menggerakkan edukasi di tengah masyarakat. Salah satunya adalah Hariyanto, kader senior yang juga melakukan aktivitas edukasi tentang pengelolaan lingkungan di Sidoarjo.
“Dulu warga banyak yang cuek, tapi sekarang malah semangat,” kata Hariyanto. “Kami rutin mengedukasi, memfasilitasi kunjungan, dan mengajak anak-anak sekolah untuk terlibat sejak dini. Bagi kami, ini bukan sekadar soal sampah, tapi tentang masa depan bangsa ini.”
Kampung Edukasi Sampah kini telah menjadi rujukan pembelajaran bagi berbagai institusi, sekolah, kampus, komunitas, hingga mitra pembangunan. Setiap tahun setidaknya dikunjungi sebanyak 3.500-4.000 pengunjung, dengan lebih dari 12 perguruan tinggi telah melakukan kunjungan dan kolaborasi, menjadikan kampung ini sebagai bukti nyata bahwa perubahan bisa dilakukan dari akar rumput.
Kunjungan dari Wahana Visi Indonesia menjadi energi baru bagi pengelola Kampung Edukasi Samoah untuk terus mengembangkan inovasi, menjalin kemitraan, dan memperluas dampak ke wilayah lain. Kolaborasi ini membuktikan bahwa kepedulian terhadap lingkungan adalah jembatan yang menyatukan banyak pihak dalam satu tujuan bersama, bumi yang lebih sehat dan masyarakat yang lebih berdaya.
