banner 728x90

Sidoarjo — Sabtu pagi (18/10/25) yang cerah di Kampung Edukasi Sampah (KES) Sekardangan, Sidoarjo, menjadi saksi semangat baru dari puluhan siswa SMKN 2 Buduran Sidoarjo. Mereka datang bukan untuk sekadar belajar teori di kelas, tetapi untuk mengalami sendiri bagaimana cara menjaga bumi melalui tindakan nyata.

Kegiatan ekstrakurikuler bertajuk Green and Clean School (GCS) ini mengajarkan makna kepedulian lingkungan dari hal paling sederhana mengelola sampah dari sumbernya. Di tempat yang penuh inspirasi ini, siswa belajar bahwa perubahan besar dimulai dari langkah kecil yang dilakukan bersama.

Selama kegiatan, para siswa diajak mengenal dan mempraktikkan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Mereka belajar memilah sampah organik, anorganik, B3, dan residu, serta mengolahnya menjadi sesuatu yang bermanfaat.

Tak berhenti di situ, siswa juga diperkenalkan pada berbagai inovasi ramah lingkungan seperti komposter Takakura, komposter aerob, bank sampah Telulikur, hingga instalasi pengolahan air limbah (IPAL) sederhana yang digunakan warga sekitar untuk membersihkan air selokan.

Di sela kegiatan, suasana penuh canda dan antusias terdengar dari setiap kelompok siswa yang beradu ide dalam tantangan Green Challenge membuat kampanye digital bertema lingkungan.

Kegiatan edukatif ini mendapat apresiasi khusus dari Edi Priyanto, pegiat lingkungan Kampung Edukasi Sampah, yang selama ini dikenal sebagai penggerak masyarakat dalam pengelolaan sampah berkelanjutan.
“Sekolah formal itu penting, tapi bukan satu-satunya sumber ilmu. Alam adalah guru terbaik. Di sini, anak-anak belajar dari pengalaman nyata bagaimana menyentuh tanah, melihat siklus alam, dan memahami bahwa mengelola sampah adalah bagian dari ibadah sosial,” ujar Edi Priyanto.

Ia menambahkan, perubahan tidak perlu menunggu besar. “Kita tidak butuh satu orang sempurna yang hidup tanpa sampah, tapi jutaan orang yang mau mencoba setiap hari. Di tangan generasi muda seperti mereka, masa depan lingkungan bisa lebih cerah,” tambahnya.

Kegiatan ini menjadi momen penting dalam membentuk karakter siswa. Menurut Sarlina Candra, guru pembina ekstrakurikuler GCS, kegiatan di Kampung Edukasi Sampah memberikan pengalaman belajar yang tak terlupakan.

“Alhamdulillah, anak-anak mengikuti kegiatan peduli lingkungan di KES dengan antusiasme tinggi. Mereka tidak hanya belajar teori, tapi juga menyaksikan langsung berbagai praktik pengelolaan sampah mulai dari bank sampah, komposter Takakura dan aerob, hingga pengolahan air selokan dengan IPAL sederhana,” ujar Sarlina Candra.

Ia juga menyampaikan apresiasi kepada para kader lingkungan yang menjadi mentor selama kegiatan.
“Terima kasih kepada seluruh kader lingkungan Kampung Edukasi Sampah yang sabar dan semangat mendampingi anak-anak. Pengalaman ini menjadi pembelajaran hidup yang akan mereka ingat dan teruskan,” tambahnya.

Antusiasme terlihat jelas dari wajah para siswa. Bagi mereka, belajar di Kampung Edukasi Sampah bukan hanya menyenangkan, tetapi juga membuka cara pandang baru.
Harisma Lukinoviani, salah satu siswi peserta, mengaku sangat senang mengikuti kegiatan ini.
“Saya sangat senang dan antusias mengikuti pembelajaran di KES. Kami belajar tentang cara melestarikan lingkungan dan pentingnya mengubah kebiasaan kecil demi bumi yang lebih baik. Rasanya belajar seperti ini jauh lebih hidup,” ungkapnya dengan senyum lebar.

Sementara Alivia Zaira, siswi lainnya, mengajak generasi muda lain untuk ikut ambil bagian.
“Ayo generasi muda, kita harus terus belajar, bukan hanya di bangku sekolah. Belajar juga bisa dilakukan di luar sekolah seperti di Kampung Edukasi Sampah ini. Di sini kami belajar dengan cara yang menyenangkan dan bermakna, langsung dari praktik dan pengalaman,” ujarnya bersemangat.

Kegiatan Green and Clean School (GCS) SMKN 2 Buduran, Sidoarjo menjadi bukti nyata bahwa pendidikan bisa dilakukan di mana saja bahkan di tengah masyarakat. Dari proses sederhana seperti memilah sampah, siswa belajar tentang tanggung jawab, empati, dan kolaborasi.

Kampung Edukasi Sampah sendiri kini dikenal sebagai laboratorium pembelajaran berbasis masyarakat yang menumbuhkan kesadaran lingkungan sejak dini. Di tempat ini, masyarakat, pelajar, dan mahasiswa datang silih berganti untuk belajar bersama: mengelola sampah, mengolah air limbah, hingga mengubah paradigma sampah adalah masalah menjadi sampah adalah sumber daya.

“Keren itu bukan cuma viral, tapi juga berdampak,” ujar Edi Priyanto menutup kegiatan. “Dan hari ini, anak-anak SMKN 2 Buduran, Sidoarjo sudah membuktikannya.”

Kampung Edukasi Sampah (KES) berlokasi di RT 23 RW 07, Kelurahan Sekardangan, Sidoarjo menjadi model pembelajaran lingkungan berbasis masyarakat yang mengintegrasikan konsep reduce, reuse, recycle, energi terbarukan, dan pemberdayaan warga menuju Sustainable Development Goals (SDGs). Di sinilah, anak-anak belajar bahwa menjaga bumi bukan tugas orang lain melainkan panggilan setiap hati yang peduli.

banner 300x250

Berita Terkait