banner 728x90

Sidoarjo, 6 November 2025. Pagi itu, suasana di Kampung Edukasi Sampah (KES) RT 23 RW 07 Sekardangan terasa lebih semarak dari biasanya. Puluhan siswa berseragam merah putih dari SD Klagen, Wilayut, Sukodono, Sidoarjo berbaris rapi dengan wajah penuh rasa ingin tahu. Mereka datang bukan untuk rekreasi biasa, tetapi untuk belajar langsung dari bumi melalui Kegiatan Kokurikuler Berbasis Projek bertema “Belajar Tak Sekadar dari Buku, Tapi dari Bumi.”

 

Sebanyak 43 siswa dan guru pendamping tiba sejak pukul 08.00 WIB, siap mengikuti serangkaian pembelajaran yang dikemas secara interaktif dan menyenangkan. Kegiatan ini menjadi bagian dari implementasi kurikulum merdeka belajar yang menekankan Project Based Learning (PBL), di mana peserta didik diajak memahami persoalan nyata dan berkontribusi terhadap solusi lingkungan.

Di bawah rindangnya pepohonan dan suasana kampung yang asri, para siswa diajak melihat, menyentuh, dan mempraktikkan langsung bagaimana masyarakat Sekardangan mengelola sampah secara mandiri. Mereka belajar memilah antara sampah organik dan anorganik, membuat pupuk kompos dari sisa dapur, hingga mengolah bahan bekas menjadi produk kreatif bernilai ekonomi.

 

“Setiap anak bisa menjadi pahlawan lingkungan. Mereka hanya perlu ruang untuk mencoba dan percaya bahwa perubahan dimulai dari hal kecil,” ujar salah satu fasilitator KES dengan semangat.

Bagi anak-anak SD Klagen, pengalaman ini menghadirkan pelajaran yang jauh lebih bermakna dibanding sekadar membaca teori di buku. Mereka melihat langsung bagaimana sampah yang selama ini dianggap masalah, justru bisa menjadi sumber manfaat bila dikelola dengan benar.

 

Kampung Edukasi Sampah lahir dari kepedulian warga terhadap masalah sampah dan perubahan perilaku. Kini, kampung ini telah berkembang menjadi pusat pembelajaran ekologi berbasis masyarakat, tempat berbagai sekolah, kampus, dan komunitas belajar bersama tentang pentingnya pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan.

Melalui pendekatan partisipatif, warga di sini telah membangun berbagai inovasi seperti bank sampah “Telulikur”, pembuatan eco enzyme dan pupuk organik cair, komposter rumah tangga dan komunal, hingga pemanfaatan panel surya dan IPAL sederhana. Semua dikelola secara gotong royong dengan semangat “dari warga untuk bumi.”

 

“Belajar dari kampung ini membuat anak-anak sadar bahwa menjaga bumi bukan hal rumit. Bisa dimulai dari rumah sendiri, dari hal kecil yang dilakukan terus-menerus,” tutur salah satu guru pendamping SD Klagen, usai mendampingi muridnya membuat kompos organik.

Kegiatan seperti ini menjadi cerminan nyata bahwa pendidikan lingkungan tidak harus eksklusif dan mahal. Justru dari ruang sederhana seperti Kampung Edukasi Sampah, nilai-nilai kepedulian, kemandirian, dan tanggung jawab dapat tumbuh secara alami.

 

Esther, salah satu Kader Lingkungan yang menjadi fasilitator kegiatan, menegaskan pentingnya pendekatan praktik langsung dalam pendidikan lingkungan.

“Melihat membuat kita percaya. Mencoba membuat kita berubah. Dan konsisten membuat peradaban. Di sinilah kami membuka pintu bagi siapa pun yang ingin belajar, karena meniru kebaikan adalah awal perubahan,” ujarnya.

 

Melalui kegiatan ini, SD Klagen Wilayut tidak hanya membawa murid untuk belajar, tapi juga membawa pulang semangat baru untuk mengintegrasikan pendidikan lingkungan ke dalam kegiatan sekolah secara berkelanjutan.
Mereka berharap langkah ini bisa menjadi inspirasi bagi sekolah lain di Sidoarjo dan sekitarnya.

Kampung Edukasi Sampah sendiri terus membuka kesempatan bagi sekolah, pesantren, kampus, komunitas, maupun lembaga pemerintahan yang ingin melakukan studi tiru, outing class, atau kunjungan pembelajaran tematik. Selain memberikan pengalaman lapangan, KES juga menyediakan pendampingan edukatif seputar pengelolaan sampah, pengomposan, energi bersih, dan pembentukan karakter cinta lingkungan.

 

“Kami ingin setiap kunjungan meninggalkan kesan dan mengubah kebiasaan. Karena menjaga bumi tidak cukup dengan teori  tapi dengan aksi nyata,” tambah Esther.

Kampung Edukasi Sampah (KES) adalah inisiatif warga Sekardangan, Sidoarjo, yang mengedepankan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle), partisipasi warga, dan pendidikan lingkungan lintas usia. Sejak berdiri, KES telah menerima kunjungan dari berbagai sekolah dan universitas di seluruh Indonesia, menjadi inspirasi gerakan zero waste community dan green living movement di tingkat akar rumput.

Bagi sekolah atau lembaga yang ingin melakukan kunjungan edukatif ke Kampung Edukasi Sampah, dapat menghubungi melalui akun resmi Instagram : @kampungedukasisampah. Karena masa depan hijau bukan diwariskan, tapi dibangun bersama dari anak-anak yang mau belajar menjaga bumi hari ini.

banner 300x250

Berita Terkait