KSM Surya Regency Menemukan Inspirasi di Kampung Edukasi Sampah
Ketika Kampung Edukasi Sampah Jadi Guru, dan Sampah Jadi Pelajaran Hidup
Sidoarjo, 8 November 2025 — Sabtu sore itu, langit Sekardangan tampak teduh. Di tengah suasana kampung yang asri, rombongan dari Perumahan Surya Regency, Desa Karangbong, Gedangan, tiba dengan semangat yang tak biasa. Mereka datang bukan untuk sekadar berkunjung, melainkan untuk belajar tentang bagaimana sampah bisa diubah menjadi sumber perubahan sosial.
Rombongan ini merupakan bagian dari Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Surya Regency, yang dipimpin oleh Andik Sudhartanto. Mereka sengaja datang untuk melakukan studi lapangan tentang pengelolaan sampah mandiri di Kampung Edukasi Sampah (KES), RT 23 RW 07 Sekardangan, Sidoarjo sebuah kampung yang telah dikenal luas karena keberhasilannya membangun sistem pengelolaan sampah berbasis partisipasi warga.

Dalam perbincangan ringan di balai kampung yang sederhana namun penuh makna, Andik Sudhartanto mengungkapkan bahwa motivasi utama kunjungan ini muncul setelah dirinya membaca berbagai pemberitaan dan unggahan media sosial tentang Kampung Edukasi Sampah.
“Kami melihat bagaimana warga di sini mampu membangun sistem yang rapi, mandiri, dan berkelanjutan. Kami datang untuk belajar, agar bisa menerapkan hal yang sama di Surya Regency. Kami ingin memulai perubahan dari rumah sendiri,” ujar Andik.

Menurutnya, pengelolaan sampah bukan sekadar urusan kebersihan, tetapi juga tentang tanggung jawab sosial. Ia berharap, melalui pembelajaran ini, warga Surya Regency bisa menumbuhkan kesadaran kolektif dan menciptakan sistem yang tak hanya menata lingkungan, tapi juga membangun karakter warga yang peduli.
“Kebersihan bukan hasil dari kerja satu orang, melainkan dari kesadaran bersama. Kalau setiap rumah mau bergerak, maka satu perumahan bisa jadi contoh bagi banyak tempat lain,” tambahnya.

Kehadiran rombongan KSM Surya Regency disambut hangat oleh Kader Lingkungan Kampung Edukasi Sampah. Sejak awal, Kampung Edukasi Sampah memang selalu membuka diri bagi siapa pun yang ingin belajar.
Di sini, para tamu diajak tidak hanya melihat, tetapi juga merasakan langsung bagaimana setiap rumah memilah sampah, bagaimana sisa dapur diolah menjadi pupuk cair, dan bagaimana kreativitas warga menghasilkan kerajinan dari bahan daur ulang.
Heri Sugiono, salah satu pegiat lingkungan Kampung Edukasi Sampah, tampak tersenyum bangga menyambut para tamu. Bagi pria yang dikenal sebagai pegiat lingkungan ini, kedatangan rombongan Surya Regency adalah bukti bahwa gerakan kebaikan itu menular.
“Kami tidak menganggap mereka tamu, tapi saudara seperjuangan. Kami ingin siapa pun yang datang ke sini pulang dengan semangat baru untuk mengelola lingkungannya sendiri. Karena menjaga bumi bukan tugas satu kampung, tapi tanggung jawab semua,” ujar Heri Sugiono.
Lebih jauh, Heri menjelaskan filosofi yang menjadi dasar berdirinya Kampung Edukasi Sampah: manajemen perubahan sosial yang tumbuh dari kesadaran warga, bukan instruksi dari luar.
Ia percaya, perubahan yang bertahan lama adalah perubahan yang berawal dari pemahaman bukan paksaan.
“Perubahan itu lahir dari melihat, mencoba, dan konsisten. Melihat membuat kita percaya, mencoba membuat kita berubah, dan konsistensi membuat peradaban,” tuturnya dengan nada tenang tapi penuh makna.
Heri menambahkan, pendekatan edukatif yang dilakukan di kampungnya tidak hanya berbicara tentang sampah, tetapi juga tentang nilai. Nilai kebersamaan, tanggung jawab, dan keberlanjutan.
Anak-anak dilibatkan dalam kegiatan pilah sampah, remaja diberi ruang berkreasi dengan bahan daur ulang, dan warga dewasa saling berbagi peran dalam menjaga lingkungan.

Kegiatan studi lapangan sore itu berlangsung penuh kehangatan dan dialog. Rombongan KSM Surya Regency tak hanya membawa catatan, tapi juga membawa pulang semangat baru semangat untuk membangun sistem pengelolaan sampah di lingkungan mereka sendiri.
Sebelum meninggalkan Sekardangan, Andik Sudhartanto menegaskan bahwa kunjungan ini bukan akhir, melainkan awal dari kolaborasi.
Ia berjanji akan menindaklanjuti dengan membentuk bank sampah perumahan dan melibatkan pengurus RT dan RW sebagai motor penggerak di lingkungannya.
“Kami ingin menjadikan rumah sebagai pusat perubahan. Kalau kampung edukasi sampah ini bisa, kami pun pasti bisa,” ungkapnya optimistis.

Bagi Kampung Edukasi Sampah, kedatangan tamu seperti KSM Surya Regency bukan hal baru. Namun setiap kunjungan selalu meninggalkan cerita tersendiri tentang semangat, inspirasi, dan keyakinan bahwa perubahan sosial itu menular. Dari Sekardangan ke Karangbong, dari kampung ke perumahan, dari satu langkah kecil menuju gerakan besar untuk bumi.
Kampung Edukasi Sampah kembali membuktikan bahwa belajar dari kampung bukan berarti mundur, melainkan kembali ke akar peradaban: hidup selaras dengan alam dan sesama.
