banner 728x90

Sidoarjo, 9 November 2025 — Pagi itu udara di Kampung Edukasi Sampah (KES) Sekardangan terasa sejuk, bukan hanya karena rindangnya pepohonan, tetapi juga karena semangat para tamu yang datang dengan niat belajar. Rombongan dari Desa Sekarkurung, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik, tiba dengan wajah antusias — membawa harapan, rasa ingin tahu, dan tekad untuk berubah.

Sebanyak 59 peserta yang terdiri dari perangkat desa, ketua RT, dan RW, mengikuti kunjungan lapangan sebagai bagian dari upaya peningkatan kapasitas Lembaga Kemasyarakatan Desa (LKD) di bidang pengelolaan sampah. Tujuannya sederhana tapi bermakna besar: belajar bagaimana warga kampung bisa mengubah kebiasaan menjadi budaya, dan menjadikan pengelolaan sampah sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari.

Dalam sambutannya, Kepala Desa Sekarkurung, Subkhan, menyampaikan bahwa kunjungan ini bukan sekadar kegiatan seremonial, tetapi bagian dari komitmen desa untuk bergerak menuju tata kelola lingkungan yang lebih baik.

“Kami mengajak seluruh Ketua RT dan RW agar bisa melihat langsung bagaimana semangat warga Sekardangan mengelola sampah secara mandiri. Kami belajar bahwa perubahan besar tidak lahir dari proyek besar, tapi dari kebersamaan dan keteladanan,” ujar Subkhan dengan penuh semangat.

Ia menambahkan, pihaknya berharap pengalaman ini dapat menjadi inspirasi bagi seluruh elemen masyarakat di Sekarkurung agar turut menumbuhkan budaya peduli lingkungan di tingkat rumah tangga.

Rombongan disambut hangat oleh Andi Hariyadi, Ketua RT 23 Sekardangan. Ia mengungkapkan rasa syukur dan kebanggaannya atas kunjungan dari Gresik ini.

“Setiap tamu yang datang ke kampung kami bukan sekadar pengunjung, tapi mitra dalam perubahan. Kami senang jika praktik baik yang kami jalankan bisa ditiru dan dikembangkan di tempat lain. Karena menjaga bumi bukan tugas satu orang, tapi gerakan bersama,” ungkap Andi.

Kampung Edukasi Sampah sendiri telah menjadi contoh nyata bagaimana masyarakat bisa berperan aktif dalam menciptakan lingkungan yang bersih dan berkelanjutan. Dari kegiatan rutin memilah sampah, mengolah limbah organik menjadi pupuk cair, hingga mengelola bank sampah yang memberi nilai ekonomi bagi warga.

Dalam kesempatan itu, rombongan juga mendapat pembekalan langsung dari Edi Priyanto, Pegiat Lingkungan sekaligus inisiator Kampung Edukasi Sampah. Dengan gaya komunikatif dan inspiratif, ia menjelaskan konsep manajemen perubahan di tingkat masyarakat.

“Perubahan tidak bisa dipaksa dari luar. Ia harus tumbuh dari dalam, dari kesadaran dan kebersamaan warga. Melihat membuat kita percaya, mencoba membuat kita berubah, dan konsistensi membuat peradaban,” tutur Edi Priyanto yang dikenal sebagai penggerak berbagai gerakan sosial-lingkungan di Jawa Timur.

Ia juga menegaskan bahwa setiap kampung memiliki potensi untuk berubah, asalkan ada niat kolektif, keteladanan, dan sistem yang mendukung. “Kampung bukan tempat yang tertinggal, tapi tempat di mana peradaban baru dimulai,” tambahnya.

Selama kunjungan, para peserta diajak berkeliling menyaksikan langsung sistem pengelolaan lingkungan di KES mulai dari rumah komposter, inovasi sumur resapan, produksi eco enzyme, budidaya maggot, budidaya hidroponik hingga pemanfaatan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) dari air selokan menjadi air penyiraman tanaman dan energi surya di fasilitas publik.

Mereka juga berdialog dengan warga dan para kader lingkungan, memahami bagaimana setiap kegiatan kecil disusun dalam sistem yang saling terhubung, transparan, dan berdampak nyata.

Bagi banyak peserta, kunjungan ini membuka wawasan baru tentang bagaimana pengelolaan sampah bukan sekadar urusan kebersihan, tapi soal perubahan perilaku dan pola pikir.

Kampung Edukasi Sampah kini telah menjadi rujukan belajar bagi banyak pihak: sekolah, kampus, komunitas, hingga pemerintah daerah dari berbagai kota. Semua datang dengan satu tujuan melihat bukti bahwa perubahan itu mungkin, asal dimulai dari diri sendiri.

Kunjungan Desa Sekarkurung menjadi bagian dari cerita panjang perjalanan ini. Dari Sekarkurung ke Sekardangan, dari satu kampung ke kampung lain, semangat “Belajar dari Kampung, Bergerak untuk Lingkungan” terus bergema, membawa pesan bahwa bumi hanya bisa diselamatkan jika setiap kita ikut ambil bagian.

Kampung Edukasi Sampah adalah inisiatif warga RT 23 RW 07 Sekardangan, Sidoarjo yang mengembangkan konsep pembelajaran lingkungan berbasis masyarakat. Kegiatan utamanya meliputi pemilahan sampah, pembuatan pupuk organik, eco enzyme, manajemen bank sampah, budidaya hidroponik, instalasi pengolahan air limbah selokan menjadi penyiraman tanaman hingga inovasi energi terbarukan.  KES menjadi laboratorium sosial yang mengajarkan nilai 3R (Reduce, Reuse, Recycle) dengan pendekatan edukatif, partisipatif, dan berkelanjutan menjadikan kampung sebagai ruang belajar sekaligus ruang perubahan.

banner 300x250

Berita Terkait