Siswa SDN Jemundo 1 Praktek Kelola Sampah di Kampung Edukasi
Belajar dari Alam, Menanamkan Cinta Lingkungan Sejak Dini
Sidoarjo, 11 November 2025 — Suasana pagi di Kampung Edukasi Sampah Sekardangan, Sidoarjo, berubah semarak dengan tawa dan langkah kecil penuh semangat dari puluhan siswa SDN Jemundo 1. Mereka datang bukan untuk bermain semata, melainkan untuk belajar langsung dari bumi tentang bagaimana menjaga lingkungan melalui kegiatan Outdoor Learning (ODL) dengan semangat “Belajar dari Alam, Menjaga Bumi dengan Hati.”
Kegiatan yang diikuti oleh 97 siswa dan 7 guru pendamping ini merupakan bagian dari upaya sekolah dalam menghadirkan pengalaman belajar kontekstual yang mengintegrasikan nilai-nilai karakter, kepedulian lingkungan, dan pembelajaran berbasis proyek nyata. Melalui ODL ini, siswa diajak untuk mengenali, memahami, dan mempraktikkan pengelolaan sampah dari sumbernya secara langsung mulai dari memilah, mengolah, hingga mendaur ulang.
Dalam kunjungan tersebut, para siswa diajak berkeliling ke beberapa titik edukasi : area pemilahan sampah, tempat komposting, hingga spot k reatif yang memamerkan hasil daur ulang. Dengan tangan kecil mereka, anak-anak mencoba memilah sampah organik dan anorganik, membuat pupuk kompos sederhana, hingga menciptakan kerajinan dari bahan bekas.
Mereka tampak antusias, saling bekerja sama, dan tak ragu mengotori tangan demi memahami siklus kehidupan sampah. Di wajah mereka terpancar rasa ingin tahu yang besar rasa ingin tahu yang menjadi awal dari kesadaran ekologis.
Seorang guru pendamping menggambarkan, betapa kegiatan seperti ini membawa perubahan nyata pada cara anak-anak memandang sampah. “Biasanya mereka membuang begitu saja, tapi setelah ini mereka mulai bertanya : "Sampah ini bisa jadi apa, Bu?" Pertanyaan sederhana yang menandakan benih perubahan sudah tumbuh,” ujarnya.
Kepala SDN Jemundo 1, Agus Setyowati Devita P., S.Pd., M.Pd., menegaskan bahwa kegiatan pembelajaran luar ruang seperti ini menjadi bagian penting dari strategi pendidikan karakter di sekolah.
“Kami ingin anak-anak tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki kepedulian terhadap lingkungan dan sesama. Dengan belajar di luar ruang, mereka bisa melihat langsung hubungan antara tindakan kecil mereka dan dampaknya terhadap bumi,” tuturnya.
Ia juga menambahkan bahwa pengalaman belajar kontekstual seperti ini menumbuhkan tiga hal penting: rasa ingin tahu, empati, dan tanggung jawab. Belajar di alam menjadikan setiap langkah penuh makna karena anak-anak belajar tidak hanya dengan pikiran, tapi juga dengan hati.
Kampung Edukasi Sampah menjadi laboratorium hidup bagi para pelajar untuk memahami bagaimana masyarakat dapat berperan dalam menjaga bumi melalui perubahan perilaku. Di sinilah nilai-nilai gotong royong, kemandirian, dan tanggung jawab sosial terwujud nyata.
Kegiatan ini sejalan dengan Profil Pelajar Pancasila, terutama dimensi beriman dan berakhlak mulia, bergotong royong, serta berkebinekaan global. Melalui pembelajaran ini, siswa diajak menjadi bagian dari gerakan besar menjaga bumi gerakan yang berawal dari kesadaran kecil di lingkungan sekolah.
“Belajar di alam membuat anak-anak sadar bahwa bumi adalah guru terbaik. Dari tanah mereka belajar rendah hati, dari air mereka belajar mengalirkan kebaikan, dari pohon mereka belajar memberi manfaat,” ujar salah satu guru dengan mata berbinar.
Kegiatan Outdoor Learning ini tidak hanya memberi pengalaman baru, tetapi juga menjadi simbol harapan: bahwa pendidikan lingkungan harus dimulai sejak dini dan dilakukan secara menyenangkan. Bahwa anak-anak hari ini adalah penjaga masa depan bumi esok hari.
Dan bahwa perubahan besar selalu dimulai dari langkah-langkah kecil seperti langkah kaki siswa-siswa SDN Jemundo 1 yang hari itu melangkah ringan, tapi membawa pesan besar : “Kami peduli, kami bisa, dan kami mau menjaga bumi.”







