banner 728x90

Sidoarjo, 18 November 2025 — Pagi itu, langit Sekardangan tampak cerah dan angin berhembus pelan, seolah ikut menyambut rombongan kecil yang tiba di Kampung Edukasi Sampah. Tiga mobil kukuruyuk berhenti perlahan, dan satu per satu anak-anak MI Muhammadiyah 3 Penatarsewu turun dengan penuh rasa ingin tahu. Total ada 66 siswa dan empat guru yang datang untuk belajar sesuatu yang tidak biasa : bukan matematika, bukan bahasa Arab, bukan pula hafalan. Mereka datang untuk belajar tentang bagaimana mencintai bumi.

Kunjungan ini bukan sekadar perjalanan sekolah biasa. Berdasarkan surat permohonan yang dikirim sehari sebelumnya oleh pihak sekolah, kegiatan ini dirancang sebagai bagian dari pembelajaran dan penguatan karakter peduli lingkungan.

Di era di mana sampah menjadi salah satu tantangan terbesar bagi masa depan bumi, langkah kecil ini terasa begitu bermakna.

Setibanya di kampung, anak-anak disambut dengan pemandangan yang sederhana namun berbeda dari lingkungan sekolah yang biasanya mereka kenal. Ada tong sampah berwarna-warni, wadah komposter yang dipenuhi sisa dapur yang terurai menjadi pupuk, botol-botol eco-enzyme hasil olahan warga, serta berbagai contoh karya dari barang bekas yang tak lagi dianggap remeh. Di sini, mereka tidak hanya melihat materi pembelajaran mereka melihat kehidupan.

Pembelajaran dimulai dengan satu pertanyaan sederhana dari fasilitator, yang spontan membuat suasana hening sejenak : “Kalau bumi bisa bicara… apa yang akan dia katakan kepada kita?” Pertanyaan itu tampak ringan, namun justru menghentak kesadaran. Beberapa siswa saling pandang, sementara yang lain menunduk, seolah baru menyadari betapa sering mereka memperlakukan bumi tanpa kesadaran.

Dari sana, proses belajar mengalir begitu alami. Anak-anak belajar membedakan sampah organik dan anorganik, mengetahui bahwa kulit pisang dan sisa nasi ternyata bisa menjadi pupuk, sementara botol plastik dapat didaur ulang menjadi wadah yang bermanfaat. Mereka melihat langsung cara kerja komposter, memegang sampah yang mulai terurai, dan merasakan bahwa limbah bukan sesuatu yang kotor tetapi sesuatu yang masih memiliki peluang untuk kembali menjadi berguna.

Di tengah aktivitas itu, muncul pula refleksi kecil namun penting dari salah satu siswa yang dengan polos berkata, “Berarti selama ini bukan sampahnya yang salah… tapi cara kita membuangnya ya ?” Ucapan sederhana itu membuat semua guru tersenyum, karena kalimat itu sendiri sudah lebih kuat daripada paragraf panjang teori di buku pelajaran.

Hari itu, pembelajaran bukan hanya tentang pengetahuan baru. Para siswa juga memahami nilai akhlak yang sering mereka dengar di sekolah: bahwa menjaga kebersihan adalah bagian dari iman, bahwa bumi adalah amanah, dan bahwa merawat lingkungan berarti mensyukuri ciptaan Allah. Di lingkungan Kampung Edukasi Sampah, nilai-nilai itu terasa hidup, bukan sekadar tulisan di poster atau slogan di papan tulis.

Saat waktu pulang tiba, anak-anak kembali menaiki mobil mereka dengan wajah penuh cerita. Sebagian membawa botol eco-enzyme yang dibuat bersama, sebagian membawa hasil karya, dan sebagian hanya membawa pengalaman dalam ingatan. Tetapi satu hal pasti : mereka pulang dengan hati yang berbeda lebih sadar, lebih peduli, dan lebih mengerti bahwa masa depan bumi ada dalam tangan mereka.

Kunjungan ini mungkin singkat, hanya beberapa jam, namun maknanya panjang. Bisa jadi dari sini lahir kebiasaan baru: membuang sampah pada tempatnya, memilah sampah sebelum membuang, atau bahkan mengajak orang tua untuk berbuat hal yang sama di rumah. Perubahan besar memang tidak selalu dimulai dari gedung megah atau forum resmi. Kadang ia justru muncul dari langkah kecil yang dilakukan oleh anak-anak yang berani belajar dan mencoba.

Dan di hari itu, Kampung Edukasi Sampah tidak hanya menjadi tempat wisata edukatif melainkan ruang awal pembentukan generasi yang lebih ramah lingkungan, lebih sadar, dan lebih siap menjaga bumi.

Karena sesungguhnya, bumi tidak menunggu orang hebat untuk menyelamatkannya. Bumi hanya menunggu kita semua memulai dari hal sederhana, dari tempat yang paling dekat, dan dari sekarang.

banner 300x250

Berita Terkait